
JAGALAH DARI RASA IRI DAN DENGKI
Paulus memperingatkan gereja mula-mula tentang rasa iri hati, dan hal ini masih menjadi masalah. Rekan kerja Anda mendapat kenaikan gaji, tetangga Anda memperbaiki rumahnya. Apakah Anda bersukacita bersama mereka? Kita manusia; rasa iri sesekali adalah hal yang normal. Namun berhati-hatilah jika selalu berperasaan kurang.
Tacitus berkata, ‘Ketika manusia dipenuhi rasa iri, mereka meremehkan segalanya… baik atau buruk.’ Ketika orang lain makmur, sebelum Anda bertanya, ‘Mengapa saya tidak?’ Bertanyalah apakah Anda akan menanggapi dengan cara yang sama jika sebuah tragedi menimpa mereka. Kecemburuan itu seperti karat; ia bereaksi dengan logam hingga berkarat—kecuali rasa iri hati menghancurkan hal-hal seperti hubungan dengan keluarga.
Earnie Larsen mengingatkan kita: ‘Saat kita… berada di lembah, wajar jika kita merasa iri terhadap mereka… yang berada di puncak gunung. Sangat mudah untuk melupakan bahwa mereka tidak jatuh di sana—mereka naik ke sana. Di balik kisah sukses selalu ada keputusan yang berani dan tindakan yang gagah… Jika kita ingin mencapainya… kita harus… mendaki. Inspirasi dari orang lain mungkin bisa membantu kita memulai, tapi kesuksesan ada pada pendakian kita.’
Bayangkan seorang pelari melangkah keluar; mereka cepat, fokus, dan terdepan. Kemudian mereka mulai melihat-lihat kompetisi. Tak lama kemudian mereka tersandung dan tersingkir. Itulah yang terjadi jika Anda membiarkan rasa iri mengalihkan perhatian Anda dari jalan penyelesaian yang Tuhan rencanakan untuk Anda. Paulus menulis, ‘Dahulu kamu berlomba dengan baik. Siapakah yang menghalang-halangi kamu, sehingga kamu tidak menuruti kebenaran lagi?’ (Galatia 5:7) Perhatikan hadiahnya, dan jangan terganggu oleh apa yang dimiliki atau tidak dimiliki orang lain.
Sumber : Renungan Hari Ini
Edisi : Rabu, 15 Januari 2025