
Mungkin Anda pernah mendengar lelucon tentang wanita yang mengatakan kepada temannya, ’Saya tidak tahu apa sebenarnya kebahagiaan sampai saya menikah dengan suami saya, dan sekarang semuanya sudah terlambat.’ Serius, Anda tidak harus begitu. Melalui hikmat, kasih, dan anugerah Tuhan, Anda dapat membangun kembali pernikahan Anda. Untuk melakukannya, Anda perlu mempelajari seni keterbukaan dan membiarkan diri Anda menjadi rentan, transparan, dan siap untuk percaya lagi. Satu-satunya jalan untuk benar-benar terhubung dengan seseorang adalah dengan secara tulus membiarkan orang tersebut mengenal Anda sepenuhnya—kekhawatiran, pergumulan, kurangnya rasa percaya diri, harapan, dan impian Anda. Wajar saja, terutama setelah Anda mengalami rasa sakit hati atau penolakan, untuk ingin melindungi diri sendiri dan hati Anda dari rasa sakit yang lebih besar. Melakukan hal ini sepenuhnya masuk akal di bagian lain kehidupan Anda, namun dalam pernikahan, menutup jiwa Anda terhadap pasangan Anda pasti akan mengakibatkan rasa sakit yang lebih besar.
Seperti properti yang nilainya meningkat seiring berjalannya waktu, pernikahan Anda membina selama bertahun-tahun. Seperti pembayaran teratur ke rekening bank, tabungan bertambah. Pengalaman yang Anda bagikan bersama, seperti hari ketika Anda mengantar anak Anda ke sekolah, rumah yang Anda berdua korbankan dan selamatkan untuk dibangun, kematian orang tua setelah berjuang lama melawan penyakit, atau liburan mendadak—semuanya penting. Pengalaman-pengalaman ini menyatu sebagai kanvas keintiman indah yang menggambarkan kehidupan Anda bersama. Mereka juga membawa berkat Tuhan. ‘Siapa mendapat isteri, mendapat sesuatu yang baik, dan ia dikenan TUHAN.’